Minggu, 11 Januari 2009

Mbok Jamu Keliling (Potret Pahlawan dan Perempuan Tangguh)

Bangun pagi buta, sekitar jam 3 pagi, dia sudah bangun. Mungkin tidak sedikit yang melakukannya. Akan tetapi, rutinitas ini, sudah menjadi kebiasaan bagi mbok jamu. Setiap pagi, mbok jamu tidak pernah letih, menjajakan jamu kelilingnya. Dari pintu ke pintu, dari satu RT ke RT, dari RW ke RW lainnya, Itulah sekilas tentang aktivitas mbok jamu, yang setiap pagi siap menjajakan jamunya.
Jam 6 pagi, dia sudah selesai memasak racikan jamu, siap dengan jamunya, menyusun botol-botol jamunya, yang siap digendong, untuk dijajakan, di sebuah bakul berbalut kain di sampingnya.
Mbok jamu, itulah panggilan untuknya dari kami. Kami tidak mengenal namanya, tetapi, cukup memanggilnya dengan sebutan mbok jamu. Mbok jamu, yang sudah belasan tahun, menjalani profesi tukang jamu ini, memilih profesi sebagai penjual jamu keliling, guna mencari uang tambahan, supaya bisa membantu suami, yang sama-sama bekerja sebagai buruh kasar. Mbok jamu yang jauh dari keluarga, mencoba mencari nafkah di kota ini. Tidak mengenal lelah, tidak mengenal bosan. Mbok jamu siap mengantarkan kita jamu, yang sangat bermanfaat bagi tubuh kita.
Begitu mulianya mbok jamu. Dia berkeliling tanpa kenal lelah, hanya untuk menjajakan jamunya, cukup dengan harga 500 perak, kita sudah bisa menikmati jamu gendong mbok jamu. Harga yang cukup murah, tak sebanding dengan balasan keringatnya. Yang keluar disetiap langkahnya, yang masih terlihat di raut mukanya yang segar dan bugar. Serta jasanya yang dibalas tidak sebanding dengan apa yang dikeluarkannya untuk kita.
Mbok jamu begitu gesit dalam meracik campuran-campuran jamunya. Bayangkan, dari jam 3 pagi, mbok jamu sudah harus siap dengan jamu-jamunya. waktu yang begitu singkat, untuk menyiapkan semua jenis ramuan jamu. Mbok jamu memang terlihat tidak pernah lelah. Walau jamu-jamu yang dibawanya cukup berat, dia tidak pernah mengeluh.
Coba kita bayangkan, kita menggendong jamu-jamu itu. Jumlahnya bisa sampai 10 botol aqua, atau lebih, setiap botol berisi 1 liter jamu. Menahan bakul jamu gendong, yang beratnya bisa mencapai 10 kilogram. Beda lagi yang dibawa di tangan, air untuk mencuci gelas-gelas untuk menyiapkan jamu. Cukup berat, dan sangat melehkan. Tetapi, bagi mbok jamu, itu merupakan hal yang biasa, tidak ada rasa lelah, tidak pernah merasa lelah, dan tidak akan ada keluhan.
Ternyata, mbok jamu tidak hanya berkeliling di pagi hari saja, sore haripun, mbok jamu berkeliling menjajakan jamu-jamunya. Dari jam 3 sore, hingga maghrib menjelang. Bisa dikatakan, mbok jamu seharian waktunya dihabiskan, untuk menjajakan jamu-jamunya saja. Bayangkan, dari jam 3 pagi, hingga jam 10 pagi. Setelah itu, mbok jamu kembali pulang, dan menyiapkan racikan jamu, untuk sore hari. Itulah aktifitas mbok jamu dalam seharian, dan itu dilakukannya setiap hari. Sungguh luar biasa.
Di usianya yang cukup tua, mbok jamu tetap terlihat segar, selalu tersenyum jika mulai menjajakan jamunya. Terasa sejuk hati disaat memandangnya, mbok jamu selalu menyapa pelangannya, dengan nada lembut, dan tersenyum. Sungguh mulia hati mbok jamu. Bukan hanya karena tugasnya, tetapi juga pelayanannya.
Potret mbok jamu ini, mungkin salah satu bagian dari potret mbok jamu-mbok jamu lainnya. Yang selalu menjajakan jamunya, tanpa kenal bosan, lelah dan mengeluh. Manfaat bagi kita sungguh luar biasa. dengan jamu, sebagai obat tradisional, kita mampu menjaga kesehatan kita.
Para penjaja jamu gendong, memang kerap menyusuri berbagai tempat, guna menawarkan minuman kesehatan tradisional ini. Meski keuntungan materi yang diperoleh sangat kecil. Kapan pun ada kesanggupan, mereka selalu berada di garis depan melayani kesehatan masyarakat.
Paling tidak, seorang penjual jamu gendong, bisa melakukan terapi tepat bagi masyarakat, yang mengalami penyakit ringan, seperti masuk angin, batuk, dan pegal-pegal. Sehingga, orang yang sudah mengonsumsi jamu, bisa merasa segar, dan kembali produktif bekerja seperti semula.
Ketika ada pelanggan mengalami keluhan, setelah minum jamu tertentu, para penjual jamu, tak sungkan mengambil peran, sebagai konsultan kesehatan, maupun kecantikan. Sama sekali tak ada maksud membodohi masyarakat, dengan hanya menceritakan keunggulan jamu, seperti pada iklan obat-obat kimia sintetis.
Satu hal tak kalah penting, para penjual jamu keliling, tanpa sadar, telah menjaga warisan tradisi nenek moyang, yang sudah berumur ratusan, bahkan ribuan tahun. Sebab, masih banyak rempah-rempah alami, bahan pembuat jamu tetap dipakai sampai sekarang.
Sungguh luar biasa pelajaran yang bisa kita petik dari seorang mbok jamu. Dari pelayanannya hingga jasanya. Serta sikap yang tidak kalah dengan mereka yang mengaku 'paling tahu' dalam segala hal. Mbok jamu tidak pernah mengenyam pendidikan formal. Sungguh luar biasa!
Namun, kenyataannya kita selalu menyepelekannya. Bukan hanya kiprah mereka (para penjaja jamu) di bidang kesehatan masyarakat yang kerap terpinggirkan. Tetapi, dalam permasalahan yang lebih pada status sosial. Meski, mereka tidak pernah mengharap penghargaan yang lebih. Penjaja jamu, tetap tinggal dalam kebersahajaan. Baik sikap, kondisi, maupun perilaku. Melalui semua kebersahajaan itu, para penjual jamu keliling, tetap berinteraksi dengan masyarakat luas.

Tidak ada komentar: