Senin, 12 Januari 2009

Kontraversi Harga BBM Turun Lagi

Rencana turunnya BBM yang ke-3 kali ini merupakan isu yang sangat menggembirakan, tetapi juga sangat merisaukan. Gimana tidak, dengan turunnya BBM, masyarakat di satu sisi dapat diringankan bebannya serta menambah beberapa keuntungan. Selain itu, cermin keberpihakan pemerintah pada rakyat. Adapun kerisauan yang dating dari beberapa kalangan atas, tentunya dalam permasalahan politik dan dampak ekonomi di masa datang.

Justifikasi Politik di Balik Harga BBM dan Penghapusan BLT

BBM diturunkan, BLT dihapuskan. Rencana BBM diturunkan, BLT direncanakan untuk dihapuskan. Dua fenomena yang sangat krusial. Secara garis besar, tidak ada perubahan yang signifikan yang berpihak pada rakyat. Tetap masih memberikan beban pada rakyat. Jika BBM turun hanya 500 perak, kenapa BLT juga harus diturunkan? Jangan-jangan dengan diturunkannya BBM, alokasi dana BLT hanya dipindah alihkan. Sungguh suatu permainan politik yang sangat hebat! Mengelabui rakyat hanya dengan cara yang begitu cerdas.
Beberapa langkah yang sangat brilian, telah ditempuh SBY dalam mengambil hati rakyat. Tidak kalah menarik dengan kampanye-kampanye yang bersifat realistis. Di akhir periode masa jabatan, mengambil langkah penurunan BBM, sesuatu yang sangat dinanti-nantikan rakyat kecil dan merupakan tindakan yang cukup efektif sebagai sarana kampanye.
Perlu diingat, dengan turunnya BBM, sangat mempengaruhi dampak terhadap inflasi penurunan premium, solar menyumbangkan deflasi sekitar 0,56%. Itu pun kalau harga barang dan jasa yang lain tidak naik. Penurunan premium memang memiliki dampak langsung yang besar terhadap inflasi, mengingat bobotnya tinggi sekali untuk dikonsumsi masyarakat. Sementara, penurunan solar tidak berdampak langsung terhadap inflasi.
Penurunan harga bahan bakar minyak (BBM) memang memiliki dampak yang sangat besar terhadap berbagai kebutuhan masyarakat. Yang bisa dilihat dengan nyata, dampak turunnya BBM, membuat beban operasional PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) semakian longgar. Selama ini BBM memang menjadi energi utama semua aktifitas, khususnya pembangkit milik Perusahaan Listrik Negara ini. Dengan penurunan harga BBM, struktur biaya yang dikeluarkan PLN semakin kecil.
Dengan turunnya listrik, biaya industri pun akan turun. Sehingga dengan turunnya harga listrik, diharapkan bisa meringankan beban industri di tengah kondisi ekonomi yang semakin mengancam krisis perekonomian secara global. Turunnya harga BBM, tarif listrikpun akan turun. Dan jika tarif listrik diturunkan, industri dalam negeri bisa semakin kompetitif di tengah situasi sulit. Pemangkasan tarif listrik membuat industri bisa menghemat ongkos produksi 10-15 persen.
Sehubungan dengan rencana pemerintah membantu rakyat miskin melalui penurunan BBM, kenapa Bantuan Langsung Tunai (BLT) harus dihapuskan? Bukankah dengan turunnya harga BBM, lambat laun pemerintah sudah mengambil langkah guna mengurangi populasi yang miskin, tetapi dalam kenyataannya orang miskin bertambah. Persoalan seputar menghapus BLT, yang sudah tidak berpihak lagi, permasalahan BLT juga ternyata mendatangkan dampak yang begitu kompleks mulai dari kecerobohan petugas dalam mendata orang miskin, bantuan yang salah sasaran, hingga masalah 'ketergantungan semu' masyarakat pada pemerintah.
Rakyat miskin akan senang ketika turunnya harga BBM dan akan mendapatkan BLT, tetapi nyatanya tidaklah demikian. BBM yang turun belum tentu juga menurunkan harga pokok lainnya, selain itu, BBM yang turun hanya 500 perak tidak sebanding dengan besarnya kerugian yang harus mereka tanggung pada saat mereka harus membayar biaya rumah sakit, sekolah, dan harga beras, minyak goreng, serta minyak tanah, terbukti penurunan BBM tidak ada nilainya. Lantas, kompensasi seperti inikah yang disebut 'adil' oleh pemerintah? Akankah pemerintah membiarkan masyarakat bertambah miskin dengan kembali menghapuskan BLT karena logika penurunan BBM?

Menilai Efektivitas Turunnya BBM

Semenjak BBM turun lagi dan rencana ini adalah penurunan yang ketiga kalinya. Tetapi, selama ini masih belum berpengaruh sama sekali. Khususnya pengaruh terhadap transportasi umum. Yang lebih disayangkan lagi, BBM yang turun, tidak mengalami perubahan terhadap biaya produksi industri serta terhadap harga sembako.
Banyak pendapat yang megatakan bahwa dengan turunnya BBM, setidaknya mampu meringankan beban rakyat kecil. Tapi, apakah kenyataannya memang seperti itu? Perlu diketahui, dilapangan, dengan turunnya BBM, tidak memiliki dampak sama sekali. Harga sembako masih saja tinggi, harga transportasi umum juga masih mahal, apalagi, harga minyak tanah yang dipakai masyarakat umum untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-harinya.
Ternyata solusi menurunkan harga BBM bukanlah yang terbaik. Jika dengan turunnya BBM, maka akan turun juga beberapa harga sembako, harga transportasi dan harga-harga bahan pokok lain yang menunjang pemenuhan kebutuhan pokok. Tidak perlu menunggu waktu. Jangan-jangan, jika menunggu waktu, kita akan dihadapkan lagi dengan permasalahan harga minyak dunia mahal lagi. Sehingga, kebijakan untuk penurunan harga BBM tidak akan terlaksana, tentunya akan terbentur oleh waktu.
Jika memang pemerintahan periode SBY ingin meringankan beban rakyat, terlepas dari permasalahan kampanye. Perlu beberapa langkah yang lebih jitu lagi dalam membantu masyarakat yang sedang tertimpa krisis ekonomi dan mampu meringankan penderitaan masyarakat yang sedang mengalami beberapa musibah di daerah-daerah tertentu. Khususnya musibah tahunan alias banjir.

Tidak ada komentar: